Hamparan
pulau-pulau karang yang berada disebelah barat jazirah Sulawesi
Selatan, membentang selatan-utara, mulai Kabupaten Takalar di Selatan
hingga pulau-pulau Kab. Pangkajene Kepulauan (Pangkep) di Utara, dikenal
sebagai dangkalan Spermonde (Spermonde Shelf), dengan jumlah pulau ± 120 pulau dan duabelas diantaranya merupakan bagian wilayah Kota Makassar.
Secara
umum daya tarik kepulauan Spermonde adalah kondisi pulau yang sebagian
besar masih asri, perairan yang jernih, hamparan pasir putih, dan pada
sore hari dapat menikmati sunset sepanjang tahun, pemandangan bawah laut
(terumbu karang dan berbagai jenis ikan karang), beberapa lokasi kapal
tenggelam (wreck), menyaksikan gerombolan burung camar yang berburu
ikan, serta kehidupan nelayan tradisional yang dapat dijumpai setiap
hari. Pulau-pulau yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah
Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Pulau Kodingareng Keke, dan Pulau
Lanjukang. Telah tersedia fasilitas resort permanen di Pulau Kayangan,
sedangkan pada Pulau Kodingareng Keke hanya tersedia Resort Non
Permanen, penduduk di Pulau Samalona menyediakan rumahnya sebagai
resort, sedangkan pada Pulau Lanjukang sudah memiliki fasilitas resort.
Sementara pulau-pulau lainnya menjadi pendukung kegiatan wisata pulau,
karena memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dijumpai seperti
keadaan sosial budaya masyarakat itu sendiri, seperti Apparoro (upacara
penurunan kapal di P. Barrang Caddi).
Untuk menjangkau
pulau-pulau Spermonde, khususnya yang termasuk dalam wilayah
Pemerintahan Kota Makassar, telah tersedia 3 dermaga penyeberangan yang
saling berdekatan, yaitu : dermaga Kayu Bangkoa, dermaga wisata Pulau
Kayangan dan dermaga milik POPSA (Persatuan Olahraga Perahu motor dan
Ski Air) Makassar. Belum semua pulau-pulau kecil di Kota Makassar
memiliki angkutan reguler dengan jadwal yang tetap. Pulau-pulau yang
memiliki transportasi reguler, adalah P. Barrang Lompo, P. Barrang
Caddi, Kodingareng Lompo, P. Lae-Lae dan P. Kayangan.
PULAU LANJUKANG
Pulau
Lanjukang, atau disebut juga Pulau Lanyukang, atau Pulau Laccukang,
merupakan pulau terluar yang berjarak 40 km dari kota Makassar, termasuk
Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan Ujung Tanah. Untuk menuju pulau ini
dari kota Makassar, belum ada transportasi reguler, namun bagi wisatawan
dapat menggunakan perahu carteran (sekoci) dengan mesin 40 PK untuk 10
penumpang dengan biaya sewa Rp. 1.OOO.OOO,- (pulang-pergi)
Bentuk
pulau ini memanjang baratdaya - timurlaut, dengan luas mencapai lebih 6
ha, dengan rataan terumbu yang mengelilingi seluas 11 ha. Pada timur
merupakan daerah yang terbuka dan terdapat dataran yang menjorok keluar
(spit). Sedangkan di sisl barat bagian tengah, terdapat mercusuar.
Vegetasi di pulau ini cukup padat, dengan sebaran pohon merata,
didominasi oleh pohon pinus dan pohon kelapa serta pohon pisang dibagian
tengah pulau.
Sarana umum yang tersedia masih relatif sangat
terbatas. Fasilitas pendidikan dan kesehatan belum tersedia. Instalasi
listrik dengan 2 buah generator hanya beroperasi antara pukul 17.30 - 21
.00 Wita. Terdapat sebuah sumur air payau di bagian tengah pulau untuk
kebutuhan sehari-hari. Kita juga dapat menjumpai 2 buah warung kecil
dengan barang dagangan yang sangat terbatas. Selain itu terdapat sebuah
mushallah semi permanen. Pemukiman penduduk terkonsentrasi di sisi utara
pulau yang relatif lebih aman pada musim timur dan barat.
Pulau
ini belum dilengkapi dengan fasilitas dermaga kapal. Disisi bagian
barat, pada surut terendah terdapat rataan terumbu karang yang mencapai
jarak 1 km dan pada jarak 2 km terdapat daerah yang mempunyai kedalam
yang curam hingga lebih 100 m. Wilayah perairan disisi selatan, timur,
dan utara pulau ini merupakan alur pelayaran kapal.
Fasilitas
resort sudah tersedia berupa 2 buah bangunan rumah batu semi permanen
sebagai guest house bagi wisatawan ke pulau ini. Walaupun fasilitas
sangat terbatas, bagi mereka yang menyenangi suasana alami, pulau ini
ini salah satu tempat yang ideal bagi mereka yang ingin melakukan
camping atau sekedar berjemur di pantai pasir putih yang indah dan
bersih, atau bagi mereka yang gemar bersnorkling disekitar perairan
pulau ini, panorama taman laut dan keanekaragaman biotanya dengan laut
yang bersih menjadi daya tarik tersendiri.
Kondisi terumbu
karang di sekitar pulau umumnya masih baik dan sangat menarik untuk
kegiatan snorkling. Kita dapat menjumpai berbagai jenis spesies karang,
karang lunak, ikan karang, dan ikan hias, serta biota lautnya. Umumnya,
pulau ini dimanfaatkan oleh wisatawan pemancing sebagai tempat transit,
sebelum meneruskan ke perairan Pulau Taka Bakang dan Pulau Marsende
(wilayah perairan Kabupaten Pangkajene Kepulauan) untuk kegiatan "sport
fishing".
PULAU LANGKAI
Pulau
Langkai berjarak 36 km dari kota Makassar, merupakan salah satu dari
tiga pulau terluar Makassar dan termasuk Kelurahan Barrang Caddi,
Kecamatan Ujung Tanah. Posisi pulau ini berada 5,5 km di selatan
Lanjukang, dan luas mencapai lebih dari 27 ha., dengan rataan terumbu
yang mengelilingi seluas 142 ha.
Sebuah dermaga perahu tendapat
di sebelah utara pulau ini. Belum tersedia transportasi rejuler untuk
menuju pulau ini, dapat menggunakan perahu carteran (sekoci) dengan
biaya sebesar Rp. 750.000.,- (pergi-pulang). Pulau ini cukup padat
penduduknya, dengan jumlah mencapai 430 jiwa (127 KK), berasal dari suku
Bugis (Maros, Pangkep) sebanyak 80%. dan 20% sisanya dibagi merata dari
suku Mandar, suku Makassar (Takalar, Makassar, Gowa). Mata pencaharian
utama penduduk Pulau Langkai adalah sebagai nelayan pancing 55%, nelayan
dengan menggupakan pukat/jaring 31%, dan sebagai pengrajin perahu 5%,
serta sebagian kecil sebagai pedagang/kelontong, guru dan Pegawai
Negeri.
Untuk mendukung kebutuhan listrik penduduk pulau ini,
tersedia instalasi listrik dengan 2 buah generator yang beroperasi
antara pukul 17.30 - 21.00 Wita. Fasilltas sanitasi dan kebersihan di
pulau ini agak terbatas, sedangkan fasilitas kesehatan, tersedla
puskesmas pembantu (pustu) dengan bangunan permanen terdiri atas 3
ruangan. Pustu ini dllayani oleh seorang mantri yang berasal dari deerah
itu juga, Secara periodik dokter Puskesmas Pattingalloang, Ujung Tanah
Makassar sebagai induk pustu ini mengunjungi pulau ini. Sarana
pendidikan berupa sekolah Dasar sudah permanen, sejumlah siswanya
berasal dari pulau-pulau sekitarnya. Fasilitas transportasi reguler ke
pulau ini belum tersedla.
Peralran Timur pulau ini merupakan alur
pelayaran kapal dari dan ke Dermaga Soekano-Hatta Makassar, dengan
kedalaman besar dari 30 m, dibeberapa tempat dijumpai kedalaman kurang
dari 10 m. Pada perairan barat, dengan jarak kurang darl 2 km dari
dataran terumbu, kita dapat menjumpai perubahan kedalaman yang drastis
mencapai lebih dari 200m. Ditempat ini banyak diminati oleh wisataman
pemancing untuk menjalankan aktifitasnya.
Kondisi terumbu karang
yang masih baik di sekitar pulau sangat terbatas, namun demikian, ikan
kerapu dan napoleon masih umum dijumpai di sekitar pulau ini. Kita juga
dapat menjumpai ikan Kaneke, udang mutiara, ikan cakalang, tinumbu,
bambangang, hiu, lamuru, cepa (kuwe), sunu, kerapu dan ikan terbang.
Pulau ini dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata bahari
alternatif untuk melihat kehidupan sehari-hari nelayan pancing, termasuk
cara pengrajin perahu membangun dan merawat perahunya.
PULAU LUMU-LUMU
Pulau
Lumu-lumu berjarak 28 km dari kota Makassar, termasuk Kelurahan Barrang
Caddi, Kecamatan Ujung Tanah. Posisi pulau ini berada di sebelah timur
P. Lanjukang, dan merupakan pulau terdekat dari tiga pulau terluar
Makassar. Untuk menuju pulau ini, belum tersedia transportasi reguler,
hanya tersedia perahu carteran (sekoci) 40 PK dengan biaya Rp. 600.000,-
(pergi-pulang).
Pulau ini berbentuk bulat, memanjang barat
laut-tenggara. Sebaran terumbu karang yang mengelilingi pulau ini dengan
kedalaman kurang dari 1 m, dan sebagian besar berubah menjadi daratan
pada kondisi surut minimum. Perairan sebelah timur dan utara, merupakan
alur pelayaran dengan kedalaman besar 30m, sedangkan perairan sebelah
selatan sekitar 2 km dari pulau merupakan daerah gosong dengan kedalaman
5 m, kedalaman perairan antara gosong dan perairan sebelah barat P.
Lumu-lumu hingga mencapai besar dari 30 m.
Walaupun luas pulau
ini hanya 3,75 ha, atau hampir setengah dari luas P. Lanjukang, namun
jumlah penduduknya mencapai 984 jiwa atau 30 kali dari P. Lanjukang.
Pulau ini merupakan pulau terpadat penduduknya dengan tingkat kepadatan
262 jiwa setiap ha dan tersebar merata di seluruh pulau. Tidak banyak
pohon dijumpai di pulau ini. Pohon yang terdapat di pulau ini: pohon
kelapa, pohon kayu cina yang menempati sisi utara, barat dan selatan.
Jumlah
masyarakat sejahteranya mencapai 90%, dengan mata pencarian utamanya
sebagian nelayan, yang hanya menangkap ikan yang memiliki nilai jual
tinggi seperti ikan sunu (grouper) dan ikan karang lainnya. Tingkat
kesejahteraan masyarakat pulau ini juga tercermin dari peralatan tangkap
yang digunakan sudah lebih maju dibanding nelayan tradisional, dengan
menggunakan jaring insang (gill net).
Sebuah dermaga kayu
terletak pada sisi timur untuk menunjang aktifitas keluar masuknya
perahu. Terdapat sebuah masjid permanen, sebuah Sekolah Dasar dan sebuah
puskesmas pembantu dengan satu orang suster, pos yandu 1 buah dan dukun
beranak sebanyak 2 orang. Banyak dijumpai sumur dengan air payau dan
hanya digunakan untuk kebutuhan mencuci dan mandi, sementara rumah
penduduk belum banyak dilengkapi dengan jamban. Instalasi listrik dari
PLN dengan 2 buah generator yang beroperasi antara pukul 18.00 - 22.00
Wita, dan tersedia fasilitas telekomunikasi.
Biota yang terdapat
di pesisir pulau, adalah: padang lamun, rumput laut, kepiting, keong
laut, cacing pasir, teripang, sedangkan diperairan sekitar
pulau.terdapat beberapa jenis ikan, karang lunak, karang keras, dan
padang lamun.
PULAU BONETAMBUNG
Pulau
ini berbentuk bulat, dengan luas 5 Ha, atau berjarak 18 km dari
Makassar. Posisinya berada di sebelah timur P. Langkai. Perairan sebelah
utara dan timur merupakan alur pelayaran pelabuhan, dengan kedalaman
lebih dari 40 meter (± 900 meter dari pantai), perairan sebelah barat
terdapat rataan terumbu karang, pada bagian luar sekitas 1 km terdapat
kedalaman besar dari 20 m, dan pada sebelah baratdaya sekitar 1 km
terdapat daerah yang sangat dangkal dengan kedalaman kurang dari 5
meter. Belum tersedia transporatasi reguler ke pulau ini, dapat
menggunakan perahu carteran (sekoci) 40 PK dengan biaya sebesar Rp.
600.000,- (pergi-pulang).
Pemukiman penduduk tersebar merata di
pulau ini, dengan jumlah 481 jiwa. Vegetasi umum dijumpai adalah pohon
kelapa. Beberapa kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat, adalah
upacara Lahir bathin yakni mensucikan diri sebelum masuk bulan Ramadhan,
Upacara Songkabala yakni upacara untuk menolak bala yang akan datang,
dan upacara Pa’rappo yakni upacara ritual yang dilaksanakan oleh para
nelayan sebelum turun ke laut, serta upacara karangan yakni upacara
ritual yang dilakukan oleh para nelayan ketika pulang melaut dengan
memperoleh hasil yang berlimpah.
Kondisi ekonomi masyarakat
relatif baik dimana mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan
(90%) khususnya nelayan ikan kerapu Untuk mendukung sarana transportasi
laut dipulau ini, telah dibangun dermaga pada sisi selatan pulau, selain
fasilitas dermaga, terdapat 1 buah sekolah dasar (SD) dan 1 buah
Puskesamas pembantu dengan tenaga medis 1 orang mantri, 1 orang suster
dan 1 orang dukun, sanitasi lingkungan di pulau ini belum tersedia.
Kita
juga dapat menjumpai sebuah masjid hasil swadaya masyarakat dan
fasilitas olahraga yakni lapangan bola dan volley. Sebuah instalasi
lidtrik dengan generator yang beroperasi padad pukul 18.00 – 22.00 wita
melengkapi fasilitasv di pulau ini. Kepiting, crustasea, molusca, cacing
pasir, kerang-kerangan, bintang laut, bulu babi, beberapa jenis ikan,
seperti ; cumi-cumi, baronang, papakulu (ayam-ayam), mairo (teri),
katamba, dan banyar merupakan biota yang umumnya dijumpai diperairan
pulau ini. Sejumlah terumbu karang telah rusak, namun masih dapat
dijumpai panorama bawah laut yang masih asri untuk lokasi snorkling.
Disamping itu, upacara ritual masyarakatnya dapat menjadi atraksi wisata
budaya bagi wisatawan.
PULAU KODINGARENG LOMPO
Pulau
ini termasuk dalam Kelurahan Kodingareng, Kecamatan Ujung Tanah, Kota
Makassar, dan berjarak 15 km dari Makassar. Bentuknya relatif memanjang
Utara - Selatan, pada sisi Selatan tedapat dataran yang memanjang
menjorok keluar (spit), pulau ini mempunyai luas 14 Ha. Untuk menuju
pulau ini dari Makassar, tersedia transportasi regular dengan biaya Rp.
6.000,- per penumpang sekali jalan dengan menggunakan Kapal motor.
Tersedia juga perahu motor carteran (sekoci) 40 PK, dengan biaya
Rp.400.000,- (pulang-pergi).
Jumlah penduduk di pulau ini t 4170
jiwa, dengan mata pencaharian 90% sebagai nelayan, 9% pa'balong dan
sisanya usaha lainnya. Alat tangkap yang dominan adalah pancing dan
purse. Konsentrasi penyebaran penduduk merata, dengan jenis bangunan
rumah panggung dan rumah batu. Pada sisi timur terdapat 2 buah dermaga
yang berdekatan, yaitu : dermaga kayu buat kapal motor (regular) dan
Speed Boat.
Fasilitas di pulau ini cukup maju dibandingkan
dengan pulau- pulau lainnya. Instalasi listrik dengan generator yang
beroperasi selama 12 jam. Terdapat 2 buah Sekolah Dasar, 1 buah taman
kanak-kanak, sarana ibadah : 2 buah mesjid dan 2 buah musalla, dengan
Fasilitas kesehatan berupa 1 buah posyandu bantu, juga terdapat pos obat
desa (POD) melalui program NGO Plan Internasional dan terdapat 1 buah
lapangan sepak bola. Perairan sebelah Timur, Utara dan Selatan memiliki
kedalaman diatas 20 m pada jarak antara ± 0,2 mil sedangkan perairan
disebelah Barat pada jarak ± 4,5 mil dari pantai mempunyai kedalaman 20
m.
Panorama bawah air yang asri masih dapat dijumpai di beberapa
spot di wilayah perairan pulau ini. Sejumlah jenis biota yang dapat
kita jumpai diperairan ini, adalah : bulubabi, ubur-ubur, kepiting,
bintang laut, beberapa jenis ikan, seperti: beseng-beseng giru,
leto-leto, cepa, belawas (sejenis baronang)
PULAU KODINGARENG KEKE
Pulau
ini terletak disebelah utara P.Kodingareng Lompo, dan berjarak 14 km
dari Makassar. Bentuk pulaunya memanjang timurlaut - baratdlaya, dengan
luas ± 1 Ha. Pada sisi selatan pulau, pantainya tersusun oleh pecahan
karang yang berukuran pasir hingga kerikilan, sedangkan pada sisi utara
tersusun oleh pasir putih yang berukuran sedang-halus dan bentuknya
berubah mengikuti musim barat dan timur. Tidak tersedia transportasi
reguler menuju pulau ini, namun dapat menngunakan perahu motor carteran
(sekoci), 40 PK dengan biaya Rp. 500.000,- (pergi-pulang)
Tidak
tercatat adanya penduduk di pulau ini, namun dalam 7 tahun terakhir ini
terdapat beberapa bangunan peristirahatan semi permanen bagi wisatawan
yang berkunjung ke pulau ini. Bangunan dikelola oleh seorang warga
negara Belanda, dan telah menanam kembali beberapa pohon pinus. Pada
sisi barat terdapat dataran penghalang yang terbentuk akibat proses
sedimentasi yang tersusun atas material pecahan koral. Ada pasang
terendah, terdapat dataran yang cukup luas dibagian barat pantai.
Perairan sebelah baratlaut merupakan daerah yang cukup luas dengan
kedalaman kecil dari 5 meter hingga mencapai 2,5 km dari garis pantai,
sedangkan di perairan sebelah timur dan selatan merupakan alur pelayaran
masuk dan keluar dari pelabuhan Samudera Makassar.
Tersedia
fasilitas resort standar bagi wisatawan, dan perairan di sekitar pulau
ini merupakan tempat yang ideal bagi mereka yang menyenangi snorkeling.
Kondisi terumbu karangnya umumnya terjaga dengan baik, dengan ikan-ikan
karangnya yang cantik membuat panorama bawah lautnya semakin asri. Bagi
anda yang tidak menggemari snorkling/diving, dapat anda menikmati
hamparan pasir putihnya.
PULAU BARRANG LOMPO
Pulau
Barrang Lompo termasuk wilayah Kecamatan Ujung Tanah, dan berada di
sebelah utara P. Barrang Caddi, dan berjarak 13 km dari Makassar.
Pulaunya berbentuk bulat, dengn luas 19 Ha. Vegetasi yang umum tumbuh di
pulau ini adalah pohon asam, pohon pisang dan pohon sukun, sedangkan
pohon kelapa hanya dijumpai disisi timur dan barat pulau ini.
Konsentrasi
pemukiman penduduk berada pada sisi Timur, Selatan, dan Barat dengan
jumlah penduduk mencapai 3.563 jiwa dari 800 KK. Mayoritas penduduknya
bekerja sebagai nelayan, dilengkapi kurang lebih 50 kapal kayu motor dan
sekoci. Kondisi ekonomi masyarakatnya relatif sejahtera.
Fasilitas
umum di pulau ini cukup maju dibanding pulau lainnya, tersedia
transportasi reguler dari dan ke Makassar dengan kapal motor, biayanya
Rp. 6.000,- per orang sekali jalan, sanitasi yang cukup baik, fasilitas
pendidikan : 1 buah Taman Kanak-kanak (TK), dan 2 buah Sekolah Dasar.
Pulau ini dilengkapi juga dengan fasilitas kessehatan berupa 1 buah
Puskesmas dan sebuah lagi puskesmas pembantu dengan tenaga medis yang
terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang perawat, 1 orang mantri, dan 1
orang bidan. Instalasi listrik dengan 2 generator yang berkapasitas 360
KVA yang beroperasi pada pukul 18.00 - 06.00 WITA. Jalan-jalan utama
dibuat dari paving blok. Fasilitas air yang baik dan memiliki 2 buah
dermaga (tradisional dan semi permanen), dan di pulau ini terdapat
"Marine Field Stasiun Universitas Hasanuddin".
Tradisi
masyarakat yang masih dijumpai di pulau ini adalah upacara Lahir Bathin
yakni mensucikan diri sebelum masuk bulan Ramadhan, upacara Songkabala
yakni upacara untuk menolak bala yang akan datang, upacara Pa'rappo
yakni upacara ritual yang dilaksanakan oleh para nelayan sebelum turun
ke laut, dan upacara Karangan yakni upacara ritual yang dilakukan oleh
para nelayan ketika pulang melaut dengan memperoleh hasil yang
berlimpah.
Selain makam-makam tua dari abad ke XIX yang terdapat
di pulau ini sebagai obyek wisata budaya yang menarik dikunjungi, juga
kios tempat pembuatan cindera mata dari kerang laut, berada tepat
didepan dermaga utama. Pada beberapa spot di perairan pulau ini,
kehidupan karang dan ikan karang umumnya masih baik, walaupun ada
sebagian karangnya sudah ikut hancur akibat eksploitasi yang tidak ramah
lingkungan.
PULAU BARRANG CADDI
Pulau
ini terletak di sebelah timur P. Barranglompo, berbentuk memanjang
timurlaut – baratdaya, dengan luas 4 ha. Berjarak 11 km dari Makassar
dan termasuk pulau yang padat penduduknya, dengan jumlah 1263 jiwa.
Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan tradisional, hal ini
tercermin dari peralatan tangkap yang mereka gunakan masih sederhana,
seperti bubu, pancing, rengge, dan lepa-lepa.
Fasilitas umum yang
tersedia berupa instalasi listrik, penyaringan air laut menjadi air
tawar (bantuan jepang) dan sebuah dermaga di sisi barat pulau ini. Untuk
kesehatan, dapat dijumpai 1 Puskesmas Pembantu dan 1 Posyandu dengan
seorang tenaga kesehatan dan seeorang dukun terlatih, sedangkan untuk
pendidikan, terdapat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Tersedia sarana transportasi reguler dari Makassar dengan biaya Rp.
6.000 per orang sekali jalan. Kedalaman perairan disekitar pulau ini
umumnya besar dari 25 meter, sehingga menjadi bagian dari alur pelayaran
masuk-keluar Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar.
Konsep zonasi
sudah diterpkan pada pemanfaatan ruang laut di perairan pulau ini.
Seperti pada perairan sisi baratnya, merupakan daerah perlindungan yang
dibagi atas beberapa zona, antara lain zona yang paling dekat dengan
pulau disebut zona inti dan yang kearah laut lepas merupakan zona
penyangga yang dicanangkan sekitar bulan Desember 2003 lalu. Kegiatan
ini juga, merupakan usaha perlindungan terhadap ekosistem terumbu karang
disekitar pulau Barrang Caddi yang diinisiatif oleh forum kemitraan
bahari Sulaweai Selatan.
Obyek wisata budaya yang menarik di
pulau ini adalah mengunjungi tempat pembuatan perahu tradisional pada
sisi barat pulau ini, ataukah hanya sekedar melihat kehidupan
sehari-hari masyarakat P. Barrang Caddi. Kalau kita beruntung, maka kita
dapat menjumpai upacara penurunan kapal (apparoro), atau upacara
pembuatan rumah atau kegiatan mesyarakat duduk bersama untuk
membicarakan suatu hal.
Pada beberapa spot, kehidupan kondisi
terumbu karangnya dijumpai dalam kondisi baik, beberapa spesies karang
dan ikan perairan bagian barat. Tempat ini juga menarik bagi mereka yang
hanya sekedar untuk melakukan snorking, walaupun sebagian karangnya
ikut hancur akibat eksploitasi yang tidak ramah lingkungan.
PULAU SAMALONA
Pulau
Samalona, secara administratif termasuk Kecamatan Mariso, berjarak 7 km
dari kota Makassar, selain terkenal dengan pantai pasir putihnya juga
memiliki tempat pemancingan. Pulau ini relatif berbentuk bulat, luas
lebih 2 ha, dengan jumlah penduduk mencapai 82 jiwa. Belum tersedia
transportasi reguler ke pulau ini, namun demikian para wisatawan dapat
menyewa kapal motor 40 PK dengan jumlah penumpang 10 orang, sebesar Rp.
300.000,- (pergi-pulang).
Konsentrasi penduduk merata di tengah
pulau, dengan bangunan rumah panggung. Pulau ini cukup rindang dengan
sejumlah pohon besar yang terdapat di pulau ini, seperti pohon cina,
tammate, dan pohon kelapa sedangkan pada sisi baratlaut terdapat
hamparan pasir putih yang cukup luas, oleh pengunjung dimanfaatkan
sebagai tempat bermain pantai. Di pulau ini, dapat dijumpai juga sebuah
kompleks makam tua yang dikeramatkan oleh masyarakat Samalona, letaknya
di sisi Utara pulau.
Kondisi ekonoml masyarakat setempat
bergantung dari sektor pariwisata yang berkunjung ke Pulau Samalona.
Fasilitas Yang tersedia di Pulau ini berupa instalasi listrik dari PLN
dengan 4 buah mesin Pembangkit listrik yang beroperasi antara pukul
18.00-22.00 Wita, dan bila hari libur hingga pukul 24.00 Wita. Di pulau
ini terdapat pula satu buah mushallah yang merupakan bantuan dari
wisatawan lokal. Terdapat sebuah sumur dengan kondisi air yang payau di
bagian tengah pulau, beberapa rumah panggung milik penduduk yang
disewakan, dilengkapi dengan MCK.
Perairan di sekitar pulau
mencapai kedalaman diatas 10 m, pada sisi Barat Laut terdapat mercusuar,
gosong terdekat berada pada perairan sisi Tenggara yaitu Taka Bako (± 2
km). Bagi mereka yang menyenangi kegiatan berenang, pantai Samalona
merupakan salah tempat ideal, namun sejumlah spot snorkling dapat
dijumpai di perairan bagian barat P. Samalona. Pulau ini, sehingga pulau
ini menjadi salah satu tempat yang paling digemari oleh masyarakat kota
Makassar untuk sekadar menikmati putih atau berenang.
PULAU LAE-LAE
Pulau
ini berhadapan langsung dengan pantai Losari, berjarak 2 km depan
pantai Makassar, dengan luas 11 ha. Secara administrasi, Pulau Lae-Lae
termasuk Kecamatan Biringkanaya. Pulau ini berbentuk persegi empat dan
terdapat bangunan penghalang gelombang yang memanjang relative Utara –
Selatan pada sisi barat pulau. Konsentrasi penduduk merata, dengan jenis
bangunan rumah panggung dan rumah batu. Dibangun tanggul mengelilingi
pulau, menyerupai bentuk segiempat, dan pada sisi selatan terdapat
bangunan pemecah gelombang yang memanjang relative utara-selatan. Pada
perang Dunia II, pulau ini difortifikasi oleh tentara Jepang sebagai
pertahanan udara dan laut.
Masyarakat mulai mendiami pulau
Lae-lae pada tahun 1950-an. Penduduknya telah mencapai lebih 1500 jiwa,
umumnya sebagai pelaut dan nelayan. Sejak ikan jenis kerapu menjadi
komoditi ekspor yang bernilai tinggi, semakin banyak nelayan Lae-lae
mengusahakan penangkaran kerapu untuk ekspor. Tersedia fasilitas
transportasi reguer yang menghubungkan pulau ini dengan kota Makassar,
dengan biaya Rp. 5.000 per orang sekali jalan.
Fasilitas umum
yang dapat kita jumpai di pulau ini, sudah cukup memadai, seperti sebuah
instalasi listrik dengan 2 buah generator yang beroperasi antara pukul
17.30-21.00 Wita, sebuah dermaga kayu, mesjid permanen, Sekolah dasar,
Puskesmas dan Posyandu serta saluran sanitasi untuk sebagian pemukiman
penduduk. Kebutuhan akan air bersih, masih disuplai dari kota Makassar,
sedangkan untuk kebutuhan sehari mereka masih menggunakan air dari
beberapa sumur di pulau ini.
Perairan sekitar Pulau Lae-Lae
relatif dangkal, atau mempunyai kedalaman kurang dari 7.5 meter, kecuali
pada bangunan Pemecah gelombang di sisi Timur Laut dengan kedalaman
perairan hingga mencapai lebih 9 meter. Bagi mereka yang menyenangi
untuk sekedar berjemur dan memancing untuk hiburan, Pulau ini sebagai
salah satu tempat ideal untuk dikunjungi. Walaupun di pulau ini tidak
tersedia resort, tetapi beberapa rumah penduduk menawarkan untuk
dijadikan guest house.
PULAU LAE-LAE KECIL
Pulau
ini dikenal dengan nama P. Gusung oleh masyarakat Makassar. Berjarak
kurang dari 1,6 km dari kota Makassar, dengan luas 2 ha dan berbentuk
memanjang utara-selatan. Posisi pulau ini berada diantara Pulau Lae-lae
dan Pulau Kayangan. Sebelumnya pulau ini hanya merupakan sand barrier
(pulau gosong) dan dibangun oleh Pengelola Pelabuhan Makassar sebagai
pemecah gelombang, sekaligus melindungi kawasan Pelabuhan selama musim
Barat (Desember-Maret).
Pulau ini todak berpenghuni, dan tidak
ada dijumpai pohon besar, kecuali rumput laut dan jenis tanaman perdu
pantai lainnya. Pulau ini sekarang, telah berkembang menjadi salah datu
tujuan lokasi wisata bahari bagi penduduk Makassar, seperti wisata
pemancingan, atau tempat berenang atau sekedar tempat bersantai.
Tersedia fasilitas ttransportasi reguler dengan biaya Rp. 7.500 per
orang sekali jalan.
PULAU KAYANGAN
Pulau
Kayangan merupakan pulau koral yang paling dekat dengan Makassar,
berbentuk bulat, berpasir putih, tidak berpenghuni, dengan luas mencapai
2 ha, termasuk dalam wilayah Kelurahan Bulo Gading Kecamatan Ujung
Pandang. Berjarak 800 m dari Pelabuhan Soekarno Hatta, dan waktu tempuh
±15 menit dari dermaga Kayangan, dilengkapi dengan pelabuhan
penyeberangan yang khusus diperuntukan bagi wisatawan yang akan berlibur
di pulau ini, dengan biaya transportasi Rp. 20.000 perorang pulang.
Perahu penyeberangan tersedia setiap 20 menit ke pulau dan membawanya
kembali ke Makassar. Pulau ini dibuka hingga pukul 24.00 Wita.
Dulunya,
pulau ini bernama Marrouw atau Meraux, dan dikelola sebagai resort dan
tempat wisata bahari favorite sejak tahun 1964, Pulau ini juga mempunyai
sistem keamanan 24 jam, didukung dengan fasilitas air tawar yang khusus
didatangkan dari Kota Makassar. Pada tahun 2003 sempat ditutup, namun
berselang beberapa bulan dibuka kembali. Saat ini, pulau kayangan telah
direnovasi kembali dan dilengkapi sejumlah fasilitas tambahan agar
memenuhi standar internasional.
Bagi masyarakat kota Makassar,
pulau Kayangan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kota ini.
Tersedia berbagai fasilitas di pulau ini, seperti tempat penginapan,
pondokan, panggung hiburan, restoran, gedung serba guna, ruang
pertemuan, tempat bermain bagi anak-anak, sarana olah raga, dan anjungan
memancing serta kolam renang. Tempat ini merupakan salah satu
alternatif utama bagi wisatawan yang ingin menikmati wisata bahari di
Kota Makassar.
|