Tangkuban Perahu, Bukan Sekedar Perahu Terbalik | untuk semuanya |
(oleh : Edmiraldo Siregar)
Apa jadinya jika Dayang Sumbi tidak membangunkan ayam jantan dan membakar jerami di pagi itu. Sangkuriang pastilah akan menyelesaikan perahunya, bukan menendang perahu setengah jadi itu hingga terbalik dan berubah menjadi gunung. Gunung yang indah dengan pemandangan yang mampu menyejukkan mata.
Mitos Sangkuriang yang jatuh cinta pada Ibu kandungnya tersebut memang tidak dapat dipisahkan dari Tangkuban Perahu. Bentuk gunung ini, yang menyerupai perahu terbalik menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang mengunjunginya.
Tangkuban Perahu yang dalam bahasa Indonesia berarti perahu terbalik terletak sekitar 30 kilometer di sebelah utara Kota Bandung atau sekitar 11 kilometer dari Lembang.
Gunung dengan ketinggian 2.084 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini ternyata bukan hanya mengandalkan bentuknya yang unik. Namun, banyak menawarkan tempat-tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Cukup dengan membayar uang masuk sebesar Rp. 10000 per orangnya, pengunjung dapat menikmati berbagai keindahan alam yang sangat menarik.
Salah satunya adalah pemandangan kawah yang cukup menakjubkan. Jika cuaca cerah, para pengunjung dapat menyaksikan keindahan dinding dan dasar kawah Ratu yang masih mengeluarkan asap belerang. Selain kawah Ratu, ada delapan kawah lain yang ada di Tangkuban Perahu. Kawah-kawah tersebut adalah Kawah Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak, Jurian, Siluman, dan Pangguyungan Badak.
Pesona liburan yang didapatkan dari keindahan dinding-dinding kawah tersebut mampu mengundang para wisatawan untuk mengunjunginya. Terutama kawah Ratu yang paling mudah untuk dicapai. Akses menuju kawah Ratu cukup beragam. Pengunjung dapat berjalan kaki dari kaki gunung Tangkuban Perahu atau dari parkir Jayagiri. Parkir Jayagiri adalah tempat parkir bagi angkutan umum seperti bus.
“Kami jalan dari bawah, capek sekali. Lain kali saya naik angkot saja,” canda Faisal. Mahasiswa asal Palembang ini mengaku cukup menikmati keindahan alam Tangkuban Perahu. Setelah menginap semalam di daerah Lembang, paginya, Faisal dan beberapa temannya hiking ke Tangkuban Perahu. Dapat dibayangkan, jalan mendaki berjarak sekitar 5 km pastilah cukup melelahkan. Namun, semua itu tak sebanding dengan keindahan alam yang ditawarkan oleh Tangkuban Perahu.
Bagi para pengunjung yang enggan mengeluarkan keringat, dapat menyewa kenderaan khusus yang disediakan oleh pengelola. Tidak kalah serunya, kendaraan yang telah dirancang khusus ini memungkinkan para pengunjung dapat menikmati keindahan hutan Tangkuban Perahu yang begitu memesona. Alternatif lain adalah menggunakan kendaraan pribadi. Kenderaan pribadi seperti mobil atau sepeda motor dapat langsung menuju kawah Ratu dan diparkir di parkir kawah.
Udara dingin dengan hembusan angin kencang ditambah bau belerang yang cukup menyengat merupakan sambutan pertama bagi para wisatawan. Hal tersebut dilengkapi dengan irama-irama angklung yang sangat merdu dari para penjaja alat musik tradisional Indonesia ini. Sungguh menyenangkan, dapat menikmati pemandangan kawah yang cukup menarik diiringi dentingan angklung yang sangat menghibur telinga.
Kawah Ratu merupakan kawah yang terbesar, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan dengan kawah Ratu. Berbeda dengan kawah Ratu, akses ke kawah Upas hanya bisa dengan berjalan kaki. Perjalanan sekitar 1,2 kilometer dari kawah Ratu akan terasa nyaman dengan pemandangan yang mampu menyegarkan mata. Kawah Ratu berada di sisi kiri jalan, sedangkan di kanan terdapat hamparan pepohonan hijau.
Dari tepi kawah Upas, dapat disaksikan pemandangan ke kawah Ratu dari sisi berbeda. Selain itu, pengunjung juga dapat turun ke kawah Upas melewati jalan kecil yang relatif mudah dilalui. Hamparan pasir yang cukup luas memungkinkan para pengunjung untuk menulis nama di atasnya. Banyak nama-nama yang ditulis di sana. Asal mereka pun beragam, terlihat dari tulisan-tulisan yang menyatakan asal mereka. Hal ini merupakan salah satu tanda tersohornya nama Tangkuban Perahu. Pengabadian dengan berfoto merupakan hal yang sangat cocok dilakukan di sekitar kawah Upas.
Bagi pengunjung yang ingin berolah raga sembari meinikmati keindahan alam, terdapat pula jalur perjalanan yang cukup menantang. Rute hiking mengelilingi kawah Ratu adalah salah satunya. Rute ini dapat dimulai dari parkir kawah melewati kawah Upas, masuk hutan dan nantinya akan tiba lagi di parkir kawah. Para pengunjung tidak perlu khawatir dengan rute yang cukup panjang. Pengelola telah menyediakan penunjuk arah demi menghindari adanya pengunjung yang nyasar. Namun harus tetap waspada, mengingat tanda-tanda yang ada hanyalah simpulan tali-tali berwarna merah atau biru yang berukuran kecil sehingga tidak cukup cepat tertangkap oleh pandangan mata. Salah jalur bisa berakibat fatal. Berputar-putar di hutan atau nyasar sampai menara listrik di Situ Lembang yang berjarak satu malam berjalan kaki adalah risikonya.
Dari kawah Ratu, pengunjung juga dapat melakukkan pendakian ke stasiun Geologi, yaitu Stasiun pengawasan gunung berapi di bagian atas punggung gunung, atau turun ke bawah menuju kawah Domas. Kawah Domas adalah salah satu kawah yang masih aktif mengeluarkan asap belerang. Dari kawah Domas ini ada jalan setapak yang tembus hingga ke tepi jalan raya. Perjalanan tersebut pastilah akan memberikan pengalaman yang cukup mengesankan.
Perlu diperhatikan, bagi pengunjung yang tertarik dengan rute berjalan kaki ke kawah Upas atau Domas haruslah membawa perbekalan yang cukup. Perjalanan yang cukup jauh ini pastilah membutuhkan kekuatan fisik yang ekstra. Oleh karena itu, dukungan perbekalan yang cukup, terutama minuman sangatlah penting. Sangat disarankan untuk membawa minuman sebelum perjalanan karena pedagang makanan seperti di sekitar kawah Ratu tidak terdapat di kawah Upas.
Perjalanan mengitari kawah Ratu juga diperseru dengan sapaan kicau burung dan suara berisik monyet-monyet yang melompat dari pohon yang satu ke yang lain. Jika beruntung, pengunjung dapat menyaksikan langsung aksi bergelantungan dari hewan liar ini. Suatu pengalaman yang tentunya sangat sulit ditemukan di daerah perkotaan.
Ternyata bukan hanya keindahan alam yang ditawarkan oleh Tangkuban Perahu. Para pengunjung juga dimanjakan dengan tersedianya toko-toko cendera mata sebagai kenang-kenangan atau sekedar oleh-oleh. Toko-toko tersebut menyediakan berbagai cendera mata dengan harga terjangkau seperi tas, topi, perhiasan, bubuk belerang, kerajinan dari bebatuan, dan lainnya.
“Pacar saya beli kalung cuma Rp.5000,” kata Ivan, seorang pengunjung asal Jakarta. “Saya mau beli asbak, ada ukirannya, harganya cuma Rp.10000,” tambah Ivan. Harga seperti ini memang bukanlah hal yang mustahil diperoleh para pengunjung. Terkadang para pedagang memang menawarkan barang dagangnnya dengan harga yang cukup mahal, namun pembeli diberi kesempatan untuk menawarnya.
Pengunjung yang lapar atau ingin sekadar ngemil juga tidak perlu khawatir. Pedagang makanan dan minuman dengan menu beragam juga tersedia di sekitar kawah Ratu. Harganya pun cukup terjangkau. Kenikmatan makanan dan minuman hangat di tengah udara dingin adalah suatu kepuasan yang tak ternilai harganya.
Pesona Tanguban Perahu juga dilengkapi dengan suhu udara yang cukup sejuk. Suhu rata-rata hariannya adalah 17o C pada siang hari dan 2o C pada malam hari. Keadaan udara tersebut menambah daya tarik pengunjung akan udara bersih dan sejuk, walau dihiasi bau belerang yang cukup menyengat. Dengan suhu udara sedingin ini, dianjurkan agar para pengunjung membawa jaket atau sejenisnya untuk menghangatkan tubuh.
Jarak yang dekat dari kota Bandung pun merupakan suatu nilai tambah bagi Tangkuban Perahu. Apabila jalanan tidak macet, perjalanan dengan kenderaan bermotor hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Tentunya perjalanan selama ini akan terasa singkat dan cukup berkesan dengan pemandangan hutan pinus yang memagari sisi-sisi jalan.
Namun, perlu diingat bahwa Tangkuban Perahu tetaplah sebuah gunung berapi dengan tipe A. Artinya, gunung yang dijadikan tempat wisata ini pernah meletus dalam 400 tahun terakhir sehingga memerlukan pengawasan secara terus menerus. Larangan-larangan dan peraturan yang ada haruslah dipatuhi oleh pengunjung.
Terlepas dari legenda Sangkuriang. Menurut para ahli geologi, daerah Bandung dengan ketinggian 709 mdpl merupakan sisa dari letusan gunung api purba dengan nama gunung Sunda. Tangkuban Perahu adalah sisa gunung Sunda yang masih aktif.
Mitos Sangkuriang yang jatuh cinta pada Ibu kandungnya tersebut memang tidak dapat dipisahkan dari Tangkuban Perahu. Bentuk gunung ini, yang menyerupai perahu terbalik menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang mengunjunginya.
Tangkuban Perahu yang dalam bahasa Indonesia berarti perahu terbalik terletak sekitar 30 kilometer di sebelah utara Kota Bandung atau sekitar 11 kilometer dari Lembang.
Gunung dengan ketinggian 2.084 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini ternyata bukan hanya mengandalkan bentuknya yang unik. Namun, banyak menawarkan tempat-tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Cukup dengan membayar uang masuk sebesar Rp. 10000 per orangnya, pengunjung dapat menikmati berbagai keindahan alam yang sangat menarik.
Salah satunya adalah pemandangan kawah yang cukup menakjubkan. Jika cuaca cerah, para pengunjung dapat menyaksikan keindahan dinding dan dasar kawah Ratu yang masih mengeluarkan asap belerang. Selain kawah Ratu, ada delapan kawah lain yang ada di Tangkuban Perahu. Kawah-kawah tersebut adalah Kawah Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak, Jurian, Siluman, dan Pangguyungan Badak.
Pesona liburan yang didapatkan dari keindahan dinding-dinding kawah tersebut mampu mengundang para wisatawan untuk mengunjunginya. Terutama kawah Ratu yang paling mudah untuk dicapai. Akses menuju kawah Ratu cukup beragam. Pengunjung dapat berjalan kaki dari kaki gunung Tangkuban Perahu atau dari parkir Jayagiri. Parkir Jayagiri adalah tempat parkir bagi angkutan umum seperti bus.
“Kami jalan dari bawah, capek sekali. Lain kali saya naik angkot saja,” canda Faisal. Mahasiswa asal Palembang ini mengaku cukup menikmati keindahan alam Tangkuban Perahu. Setelah menginap semalam di daerah Lembang, paginya, Faisal dan beberapa temannya hiking ke Tangkuban Perahu. Dapat dibayangkan, jalan mendaki berjarak sekitar 5 km pastilah cukup melelahkan. Namun, semua itu tak sebanding dengan keindahan alam yang ditawarkan oleh Tangkuban Perahu.
Bagi para pengunjung yang enggan mengeluarkan keringat, dapat menyewa kenderaan khusus yang disediakan oleh pengelola. Tidak kalah serunya, kendaraan yang telah dirancang khusus ini memungkinkan para pengunjung dapat menikmati keindahan hutan Tangkuban Perahu yang begitu memesona. Alternatif lain adalah menggunakan kendaraan pribadi. Kenderaan pribadi seperti mobil atau sepeda motor dapat langsung menuju kawah Ratu dan diparkir di parkir kawah.
Udara dingin dengan hembusan angin kencang ditambah bau belerang yang cukup menyengat merupakan sambutan pertama bagi para wisatawan. Hal tersebut dilengkapi dengan irama-irama angklung yang sangat merdu dari para penjaja alat musik tradisional Indonesia ini. Sungguh menyenangkan, dapat menikmati pemandangan kawah yang cukup menarik diiringi dentingan angklung yang sangat menghibur telinga.
Kawah Ratu merupakan kawah yang terbesar, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan dengan kawah Ratu. Berbeda dengan kawah Ratu, akses ke kawah Upas hanya bisa dengan berjalan kaki. Perjalanan sekitar 1,2 kilometer dari kawah Ratu akan terasa nyaman dengan pemandangan yang mampu menyegarkan mata. Kawah Ratu berada di sisi kiri jalan, sedangkan di kanan terdapat hamparan pepohonan hijau.
Dari tepi kawah Upas, dapat disaksikan pemandangan ke kawah Ratu dari sisi berbeda. Selain itu, pengunjung juga dapat turun ke kawah Upas melewati jalan kecil yang relatif mudah dilalui. Hamparan pasir yang cukup luas memungkinkan para pengunjung untuk menulis nama di atasnya. Banyak nama-nama yang ditulis di sana. Asal mereka pun beragam, terlihat dari tulisan-tulisan yang menyatakan asal mereka. Hal ini merupakan salah satu tanda tersohornya nama Tangkuban Perahu. Pengabadian dengan berfoto merupakan hal yang sangat cocok dilakukan di sekitar kawah Upas.
Bagi pengunjung yang ingin berolah raga sembari meinikmati keindahan alam, terdapat pula jalur perjalanan yang cukup menantang. Rute hiking mengelilingi kawah Ratu adalah salah satunya. Rute ini dapat dimulai dari parkir kawah melewati kawah Upas, masuk hutan dan nantinya akan tiba lagi di parkir kawah. Para pengunjung tidak perlu khawatir dengan rute yang cukup panjang. Pengelola telah menyediakan penunjuk arah demi menghindari adanya pengunjung yang nyasar. Namun harus tetap waspada, mengingat tanda-tanda yang ada hanyalah simpulan tali-tali berwarna merah atau biru yang berukuran kecil sehingga tidak cukup cepat tertangkap oleh pandangan mata. Salah jalur bisa berakibat fatal. Berputar-putar di hutan atau nyasar sampai menara listrik di Situ Lembang yang berjarak satu malam berjalan kaki adalah risikonya.
Dari kawah Ratu, pengunjung juga dapat melakukkan pendakian ke stasiun Geologi, yaitu Stasiun pengawasan gunung berapi di bagian atas punggung gunung, atau turun ke bawah menuju kawah Domas. Kawah Domas adalah salah satu kawah yang masih aktif mengeluarkan asap belerang. Dari kawah Domas ini ada jalan setapak yang tembus hingga ke tepi jalan raya. Perjalanan tersebut pastilah akan memberikan pengalaman yang cukup mengesankan.
Perlu diperhatikan, bagi pengunjung yang tertarik dengan rute berjalan kaki ke kawah Upas atau Domas haruslah membawa perbekalan yang cukup. Perjalanan yang cukup jauh ini pastilah membutuhkan kekuatan fisik yang ekstra. Oleh karena itu, dukungan perbekalan yang cukup, terutama minuman sangatlah penting. Sangat disarankan untuk membawa minuman sebelum perjalanan karena pedagang makanan seperti di sekitar kawah Ratu tidak terdapat di kawah Upas.
Perjalanan mengitari kawah Ratu juga diperseru dengan sapaan kicau burung dan suara berisik monyet-monyet yang melompat dari pohon yang satu ke yang lain. Jika beruntung, pengunjung dapat menyaksikan langsung aksi bergelantungan dari hewan liar ini. Suatu pengalaman yang tentunya sangat sulit ditemukan di daerah perkotaan.
Ternyata bukan hanya keindahan alam yang ditawarkan oleh Tangkuban Perahu. Para pengunjung juga dimanjakan dengan tersedianya toko-toko cendera mata sebagai kenang-kenangan atau sekedar oleh-oleh. Toko-toko tersebut menyediakan berbagai cendera mata dengan harga terjangkau seperi tas, topi, perhiasan, bubuk belerang, kerajinan dari bebatuan, dan lainnya.
“Pacar saya beli kalung cuma Rp.5000,” kata Ivan, seorang pengunjung asal Jakarta. “Saya mau beli asbak, ada ukirannya, harganya cuma Rp.10000,” tambah Ivan. Harga seperti ini memang bukanlah hal yang mustahil diperoleh para pengunjung. Terkadang para pedagang memang menawarkan barang dagangnnya dengan harga yang cukup mahal, namun pembeli diberi kesempatan untuk menawarnya.
Pengunjung yang lapar atau ingin sekadar ngemil juga tidak perlu khawatir. Pedagang makanan dan minuman dengan menu beragam juga tersedia di sekitar kawah Ratu. Harganya pun cukup terjangkau. Kenikmatan makanan dan minuman hangat di tengah udara dingin adalah suatu kepuasan yang tak ternilai harganya.
Pesona Tanguban Perahu juga dilengkapi dengan suhu udara yang cukup sejuk. Suhu rata-rata hariannya adalah 17o C pada siang hari dan 2o C pada malam hari. Keadaan udara tersebut menambah daya tarik pengunjung akan udara bersih dan sejuk, walau dihiasi bau belerang yang cukup menyengat. Dengan suhu udara sedingin ini, dianjurkan agar para pengunjung membawa jaket atau sejenisnya untuk menghangatkan tubuh.
Jarak yang dekat dari kota Bandung pun merupakan suatu nilai tambah bagi Tangkuban Perahu. Apabila jalanan tidak macet, perjalanan dengan kenderaan bermotor hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Tentunya perjalanan selama ini akan terasa singkat dan cukup berkesan dengan pemandangan hutan pinus yang memagari sisi-sisi jalan.
Namun, perlu diingat bahwa Tangkuban Perahu tetaplah sebuah gunung berapi dengan tipe A. Artinya, gunung yang dijadikan tempat wisata ini pernah meletus dalam 400 tahun terakhir sehingga memerlukan pengawasan secara terus menerus. Larangan-larangan dan peraturan yang ada haruslah dipatuhi oleh pengunjung.
Terlepas dari legenda Sangkuriang. Menurut para ahli geologi, daerah Bandung dengan ketinggian 709 mdpl merupakan sisa dari letusan gunung api purba dengan nama gunung Sunda. Tangkuban Perahu adalah sisa gunung Sunda yang masih aktif.
No | Rute | Angkot | Biaya | Catatan |
1 | Dari Terminal Ledeng – Gerbang Tangkuban Perahu | Colt jurusan Subang | 10.000 | |
2 | Gerbang – Kawah Ratu | Angkot Khusus di Gerbang | 50.000 kami tawar 20.000/orang. Sebenarnya bisa 15.000, include tiket masuk | Tawar dulu harga di awal. Ada pengunjung yang kena 100 ribu karena tidak menawar diawal. |
3 | Kawah Ratu – Lembang | Angkot Khusus L300 | 25.000 kami tawar 15.000 | Kadang di oper di cikole. Kalo di oper ga usah bayar lagi. |
4 | Lembang – Terminal Ledeng | Lembang-Stasiun Hall | 3.000 | |
( dari teman)
0 komentar:
Posting Komentar