Jumat, 15 Oktober 2010

Ketika Gudeg dan Mangut bersatu di Sego ngGeneng mBah Marto

Ketika Gudeg dan Mangut bersatu di Sego ngGeneng mBah Marto
Sego ngGeneng, Dusun Nengahan, Panggung Harjo,
Sewon,  Bantul,
telpon 085292095550
Sabtu 26 Juni 2010, ketika sedang mencari belut dan kepiting di Pasar Sleman, saya ditelpon Mas Eka yang memberitahu kalau dia sekeluarga sudah menunggu kami di rumah. Mas Eka sekeluarga akan mengajak kami makan siang di Warung Sego ngGeneng mBah Marto. Awal tahun 2010, kami sudah datang ke warung ini, sayang belum beruntung menikmati sego nggeneng yang legendaris, tanggal 1 Januari 2010 kami kehabisan dan hari berikutnya tutup.
Warung Sego ngGeneng terletak di Dusun Nengahan, Panggung Harjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul telpon 085292095550. Lokasi ini relatif sulit untuk dicari karena terletak di dalam perkampungan. Dari arah kota Yogya kearah selatan mengikuti Jalan Parangtritis sampai dengan ketemu ISI Jogja dan kantor pos Sewon, kemudian belok ke kanan [barat] sampai ke dusun Nengahan. Warung makan ini dimiliki oleh mBah Martodiryo atau mBah Marto Gowok [80 tahun].
Warung sego nggeneng adalah warung makan yang menyajikan gudeg klasik dengan areh yang tidak kental dan sayuran hijaunya menggunakan daun pepaya yang tidak pahit. Sambalnya berupa sambal kacang tholo yang dimasak pedas dengan menggunakan rambak (krecek ndeso). Sedangkan lauknya berupa tahu, tempe, telur, rempelo ati, yang dimasak dengan bumbu besengek dan mangut lele. Dulunya, mBah Marto menjajakan makanan ini dengan berjualan keliling berjalan kaki di daerah Suryoputran, Gamelan, Pesindenan, Patehan, Rotiwijayan, dan lain-lain. Namun seiring dengan bertambahnya usia, mBah Marto akhirnya menggelar dagangannya di rumah.
Mangut lele merupakan menu lauk andalan di warung ini, karena cara memasaknya yang unik dan rasanya yang khas. Tidak seperti lazimnya mangut di tempat lain yang lelenya digoreng, lele di sini diasapi dulu sebelum dimasak dengan bumbu mangut. Lele ditusuk dengan pelepah daun kelapa (bongkok), ditumpuk dan kemudian diasapi dengan menggunakan sabut kelapa.
Kami berdelapan berangkat dari rumah jam 11.00 menggunakan mobil kijang Mas Eka. Sekitar jam 11.45, setelah menempuh perjalan panjang sejauh 37 km akhirnya kami sampai di Warung Sego ngGeneng mBah Marto. Ketika kami sampai pas jam makan siang, ada beberapa mobil di parkiran yang datang lebih dulu dari kami, salah satu mobil menggunakan plat nomor luar kota. Hal ini tidak mengejutkan kami karena warung ini memiliki banyak pelanggan dari berbagai kalangan di Jogja dan luar Jogja.
Sesampai di rumah mBah Marto yang sekalius juga warungnya, kami menuju ke pawon [dapur]. Pawon merupakan tempat memasak makanan. Di sini makanan dimasak menggunakan keren, tungku berbahan bakar kayu. Pawon mBah Marto relatif sederhana dengan dinding dari batubata yang sudah menghitam karena jelaga. Ada beberapa keren yang dipakai untuk memasak nasi, sayur dan lauk.
Di pawon ini, lauk dihidangkan di atas amben dari bambu yang dialasi tikar. Sementara nasi dan mangut ditaruh di atas meja kecil. Lauk dan sayuran diletakkan di dalam baskom.
Mangut lele merupakan makanan khas daerah Jogja-Solo, biasanya ikan lele goreng dimasak lagi didalam kuah mangut yang pedas. Di warung ini, lelenya tidak digoreng seperti mangut di tempat lain melainkan diasapi. Sebelum diasapi, lele yang sudah dibersihkan ditusuk dengan bongkok [pelepah daun kelapa] dan kemudian diasapi di atas api yang berasal dari sabut kelapa yang dibakar. Penggunaan bongkok yang menghasilkan minyak ketika diasapi membuat lele tidak lengket, sedangkan pengapasan lele menghasilkan daging lele yang kenyal dan masih menyisakan rasa sangit. Setelah diasapi, lele kemudian dimasukkan ke dalam bumbu mangut, seperti bumbu gulai namun pedas dan dipanaskan di atas keren [tungku tanah berbahan bakar kayu] sampai masak.
Kami kemudian menggambil sendiri nasi dan lauk yang kami inginkan. mBah Marto mempersilahkan kami untuk mengambil sesuka hati kami, dia hanya akan bekerja kalau ada permintaan membungkus lauk atau sayuran. Cara berjualan seperti ini, mengambil makanan sendiri merupakan salah satu keistimewaan di warung ini, membuat seolah-olah kita sedang berlibur ke rumah nenek. Setelah mengambil makan kita bisa menikmatinya di ruang depan, di pawon atau di samping rumah.
Makan siangku terdiri dari nasi, gudeg daun pepaya, sambal goreng rambak, mangut lele dan gendhing ayam. Cukup banyak untuk porsi makan siang, namun sejak pagi saya belum sarapan sehingga menggambil porsi makan siang yang agak banyak.
Saya kemudian menikmati makan siangku di atas lincak, kursi panjang dari bambu. Saya menggunakan tangan tanpa sendok untuk makan, seperti kebiasaanku kalau makan di rumah. Nasinya empuk, pulen, bumbu mangut lelenya meresap, dagingnya lembut kenyal, agak pedas dengan kombinasi rasa gurih dan manis. Gudeg daun pepayanya empuk, tidak pahit, cocok sebagai teman mangut dan nasi. Sedangkan gendhing ayamnya juga enak, bumbunya terasa, dagingnya empuk, nyamleng. Yang membuat saya agak kaget adalah sambal goreng rambaknya yang sangat pedas menurut ukuran Jogja, memberikan sensasi rasa yang luar biasa enak. Perpaduan nasi pulen, mangut lele pedas, gudeg pepaya, sambel goreng rambak pedas dan opor gendhing ayam kampung menghasilkan cita rasa makanan yang lezat, membuat saya berpeluh ketika menikmatinya.
Setelah selesai makan kami menghitung semua yang kami makan dan mBah Marto akan menyebutkan harga masing-masing makanan jumlah total yang harus kami bayar. Saya terkejut dengan harga makanan yang terlalu murah menurut saya, seporsi nasi mangut hanya 10.000, dan makanan siangku yang terdiri dari nasi dengan tambahan lauk mangut lele dan gendhing hanya 16.000.
Menurut saya, warung makan sego nggeneng mBah Marto ini wajib dikunjungi oleh pecinta kuliner yang sedang atau tinggal di Jogja, karena:
1. Makanan disajikan dengan cara eksotis, disajikan langsung di dapur dan kita mengambil sendiri makanan sesuai dengan keinginan kita.
2. Menyajikan menu khas sego nggeneng dengan lauk mangut lele yang memiliki cita rasa yang khas dan susah dijumpai di tempat lain.
3. Harga makanannya yang relatif murah, bahkan pembeli dengan nominal kecil seperti 2 ribu atau 3 ribu masih dilayani dengan ramah.
4. mBah Martodiryo memiliki pengalaman panjang dalam menyajikan sego nggeneng dan lauknya dengan citarasa dan kualitas yang terjaga.
Akhirnya, jam 13.00 kami menyelesaikan makan siang di warung sega geneng, dan melanjutkan perjalanan ke Pasar Seni Gabusan dengan membawa pengalaman menikmati makan siang istimewa di warung sego nggeneng.
Daftar Harga:
1. Nasi Gudeg : Rp. 3,000,00
2. Nasi Gudeg + Mangut Lele: Rp. 10.000,00
3. Nasi Gudeg + Mangut Lele + Gendhing: Rp. 16.000,00
Referensi Lain mengenai Sega Geneng:
1. Mbah Martodiryo, Jelaga yang Bikin Kangen
2. Gudeg Geneng Mbah Marto, Persembunyian Mangut Lele

0 komentar:

Posting Komentar