Bila
mengunjungi Kabupaten Mojokerto, tak ada salahnya singgah sejenak di
Museum Trowulan. Museum ini merupakan museum istimewa karena 80%
koleksinya adalah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Dalam pelajaran
sejarah, Majapahit disebut sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara
yang berdiri pada 12 November 1293 dan bertahan selama 2 abad, dari
abad ke-13 hingga abad ke-15. Ketika dipimpin oleh Gadjah Mada dan
Hayam Wuruk, kerajaan ini mengalami masa kejayaannya sehingga
berekspansi ke Malaysia dan Thailand.
Namun, setelah bergonta-ganti kekuasaan dan dilanda perang saudara
yang dikenal dengan nama Perang Paregreg, kerajaan ini kemudian hancur.
Ibukotanya beberapa kali mengalami perpindahan, dan yang terakhir di
Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
Sebagai
ibukota terakhir Kerajaan Majapahit, Kecamatan Trowulan kaya akan
peninggalan-peninggalan berupa Gapura Bajang Ratu, Candi Kedaton, Candi
Tikus, Kolam Segaran, dan lain-lain. Di samping itu, masih banyak
peninggalan yang berupa komponen bangunan, artefak, dan arca-arca yang
jumlahnya ribuan. Sisa-sisa puing Kerajaan Majapahit itulah yang kini
berada di Museum Trowulan.
Awal
mula berdirinya museum ini adalah ketika RAA Kromojoyo Adinegoro,
Bupati Mojokerto sebelum Indonesia merdeka, bekerja sama dengan Henricus
Maclaine Pont, arsitek asal Belanda lulusan Technische Hogesholl Delft (THD), pada tanggal 24 April 1924 mendirikan Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit
(OVM). Perkumpulan ini secara aktif melakukan penelitian tentang
keberadaan Istana Majapahit. Kantor OVM menempati sebuah gedung di
Jalan Raya Trowulan yang juga menjadi tempat tinggal Henricus Maclaine
Pont beserta keluarganya.
Melalui
penelitian, penggalian, dan penemuan masyarakat setempat, OVM yang
dipimpin Henricus Maclaine Pont cukup berhasil menyibak keanekaragaman
peninggalan Kerajaan Majapahit. Benda-benda penemuan dikumpulkan di
kantor OVM. Karena jumlah penemuannya terus bertambah, maka pada tahun
1926, Bupati RAA Kromojoyo Adinegoro menginstruksikan untuk membangun
gedung baru guna menampung sejumlah peninggalan Kerajaan Majapahit.
Gedung baru inilah yang merupakan cikal bakal Museum Trowulan. Namun,
setelah pergantian kekuasaan dari penjajahan Belanda ke penjajahan
Jepang, Henricus Maclaine Pont yang sebelumnya cukup berjasa dalam
melestarikan peninggalan Kerajaan Majapahit, ditawan Jepang karena
berkewarganegaraan Belanda. Akhirnya, Museum Trowulan pun ditutup.
Barulah pada tahun 1943 atas perintah Prof. Kayashima, pemimpin Kantor
Urusan Barang Kuno (KUBK) di Jakarta, Museum Trowulan dibuka kembali.
Dalam
perkembangannya, Museum Trowulan yang berada di bawah pengawasan
Kantor Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional (KLPPN) Cabang II di
Mojokerto tidak hanya mengumpulkan barang-barang peninggalan Kerajaan
Majapahit asal Trowulan, tapi juga peninggalan-peninggalan kerajaan
dari daerah lain. Karena itu jumlah koleksi Museum Trowulan pun makin
meningkat dan akhirnya tidak muat lagi. Kemudian dibangunlah gedung
baru lagi berlantai dua di sebuah lapangan, yang oleh masyarakat
dikenal dengan nama Lapangan Bubat, dengan luas areal 57.255 meter
persegi. Sejak 1 Juli 1987 barang-barang dari museum lama dipindah ke
gedung baru yang jaraknya sekitar 2 km. Di lokasi inilah Museum
Trowulan berdiri sampai sekarang.
Museum
Trowulan mempunyai banyak koleksi benda bersejarah peninggalan
Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1999 jumlah koleksinya kian bertambah,
karena ada penambahan koleksi dari Gedung Arca Mojokerto. Hingga saat
ini, tahun 2008, jumlah koleksi museum telah mencapai sekitar 80.000
koleksi benda purbakala, yang diklasifikasikan dari mulai periode
prasejarah, periode klasik (zaman Hindu dan Buddha), periode Islam,
hingga periode kolonial. Karena jumlah koleksi yang begitu banyak,
museum ini pada tanggal 1 Januari 2007 ditetapkan sebagai Pusat
Informasi Majapahit (PIM).
Wisatawan
yang mengunjungi museum ini dapat menyaksikan koleksi benda-benda
peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit, di antaranya prasasti, arca,
artefak, senjata tradisional, dan alat kesenian tradisional. Selain itu,
pengunjung juga bisa belajar sejarah politik dan ekonomi pada masa
Majapahit karena museum ini menyimpan relief, patung, uang kepeng, dan
kelereng tanah liat, yang menggambarkan kegiatan perdagangan Majapahit
dengan pedagang-pedagang dari Cina.
ni dimojokerto lho.. bukan dithailand
Tak
dipungkiri, Museum Trowulan adalah sebuah tempat yang menyimpan
kekayaan sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit yang menjadikannya sebagai
sarana pusat penelitian, pengembangan budaya, dan pendidikan yang
bernilai sejarah.
Arca Wisnu Naik Gajah
LOKASINYA
Museum
Trowulan berlokasi di Jalan Raya Trowulan, Dusun Unggahan, Desa
Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia.
AKSES MENUJU TROWULAN
Akses
menuju Museum Trowulan tidak terlalu sulit. Bagi wisatawan yang
berangkat dari Terminal Bungurasih Surabaya dapat menggunakan bus umum
jurusan Mojokerto. Dari Terminal Mojokerto pengunjung dapat menggunakan
angkutan kota menuju Kecamatan Trowulan. Setelah sekitar 15 menit dan
membayar ongkos sekitar Rp 2.000 (Juli 2008), pengunjung dapat turun di
depan Museum Trowulan. Sedangkan bagi wisatawan yang berangkat dari
Terminal Jombang dapat menggunakan mini bus jurusan Mojokerto, kemudian
turun di depan Museum Trowulan dengan membayar ongkos sekitar Rp 7.500
(Juli 2008).
TARIF MASUK
Wisatawan
yang berkunjung ke museum ini dikenai biaya yang berbeda-beda. Untuk
pengunjung umum dikenai biaya sebesar Rp 2.500, sedangkan untuk
pengunjung anak-anak, pelajar, dan mahasiswa dikenai biaya sebesar Rp
1.000. Dan khusus untuk turis asing dikenai biaya sebesar Rp 5.000.
Museum
ini buka pada hari Senin hingga Sabtu, sedangkan untuk hari Minggu dan
hari besar tutup. Untuk hari Senin hingga Kamis, museum buka pada
pukul 07.30 sampai pukul 16.00 WIB. Sedangkan pada hari Jumat buka dari
pukul 07.30 sampai pukul 11.30 WIB, dan pada hari Sabtu buka pada pukul
07.30 sampai pukul 13.30 WIB.
Pintu Masuk Museum Trowulan
AKOMODASI
Selain
memamerkan benda-benda bersejarah jejak peninggalan Kerajaan
Majapahit, museum ini juga menyediakan fasilitas penunjang, seperti
ruang pertemuan, tempat shalat, taman, toilet, dan perpustakaan. Di
perpustakaan museum ini terdapat berbagai buku sejarah, naskah kuno,
jurnal, peta, dan koleksi lainnya yang berkaitan dengan Kerajaan
Majapahit.
Bagi
wisatawan yang ingin menyusuri lebih jauh lokasi Kerajaan Majapahit,
tidak perlu khawatir. Di sekitar museum ini terdapat Candi Gentong,
Candi Brahu, Candi Minak Jinggo, Candi Tikus, Makam Putri Campa, Makam
Siti Inggil, Kuburan Panjang, Situs Sumur, Kolam Segaran, Gapura Bajang
Ratu, Situs Pemukiman Segaran, Situs Pendopo Agung, Situs Sentonorejo,
Situs Kedaton, Situs Yoni Klinterejo, Gapura Wringin Lawang, dan Makam
Troloyo. Situs Sumur dan Kolam Segaran, misalnya, yang jaraknya
sekitar 300 meter dari Museum Trowulan, mencerminkan kesuburan dan
kemampuan Kerajaan Majapahit dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Kesuburan tersebut juga dapat dilihat di Candi Tikus atau di Gapura
Bajang Ratu, yang di sekitarnya dikelilingi halaman luas dengan hamparan
rumput hijau.
wah, patung budha itu ternyata ada di trowulan juga? thanks gan untuk sharingnya, semoga bisa ke lokasi tersebut suatu saat.
BalasHapusluar biasa MAJAPAHIT punyak ciri budaya & relegi yg asli
BalasHapusiya gan.. sayangnya akses menuju tempat wisata agak susah... gak seperti di LN yg mana pemerintahnya menjadikan tempat wisata sebagai devisa sehingga akses jalan mudah dan murah sehingga banyak pengunjungnya.
BalasHapus