Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang terletak di Jalan Gajah Raya Semarang, diresmikan pada 11 November 2006, kini menjadi kebanggan umat Islam karena keberadaannya telah mendunia. Tidak hanya dikenal umat Islam Indonesia namun telah dikenal umat Islam di dunia. Tidak sedikit umat Islam dunia dan diplomat negara Islam yang berkunjung ke Jawa Tengah menyempatkan diri mengunjungi MAJT. Mereka mengaku tertegun dengan kemegahan MAJT yang pembangunannya memakan waktu 5 tahun itu menjadi tempat ibadah, pusat pendidikan, pelayanan masyarakat, pusat aktivitas syiar Islam, dan alternatif wisata religi.
Bahkan, hampir setiap hari wisatawan domestik dari penjuru Tanah Air, terutama pada hari libur berdatangan ke MAJT untuk melihat keindahan dan kemegahan bangunan. MAJT dibangun di areal seluas kurang lebih 10 hektare, dengan luas bangunan induk seluas 7.669 m2, dan mampu menampung 15.000 jemaah. Sedangkan pelatarannya seluas 7.500 m2 dilengkapi dengan enam payung raksasa yang bisa membuka dan menutup secara otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi di kota Madinah.
Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Arab, dan Yunani.
Di bangunan sayap kanan terdapat ruang pertemuan atau auditorium yang mampu menampung 2.000 jemaah. Sedangkan sayap kiri dipersiapkan untuk perpustakaan yang nantinya didesain menjadi perpustakaan modern (digital library) dan ruang perkantoran yang disewakan.
MAJT selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, MAJT dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas ini.
Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Asmaul Husna atau Al Husna Tower yang tingginya mencapai 99 Meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio DaIs (Dakwah Islam). Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat "Kafe Muslim" yang dapat berputar 360 derajat. Di lantai 19, yaitu untuk menara pandang dilengkapi lima teropong yang bisa melihat kota Semarang.
MAJT ditinjau dari segi arsitekturnya sangat membanggakan dan bangunannya meneladani prinsip gugus model kluster dari Masjid Nabawi di Madinah.
Bentuk penampilan arsitekturnya merupakan gubahan baru yang mengambil model dari tradisi masjid para wali dengan membubuhkan corak universal arsitektur Islam pada bangunan pusatnya dengan menonjolkan kubah utama yang dilengkapi dengan "minaret" runcing menjulang di keempat sisinya.
MAJT mempunyai konsep yang diterjemahkan dalam tradisi candra sengkala. Pesan dalam candra sengkala yang dipadu dalam kalimat "sucining guna gapuraning gusti" (4391-1934 Jawa atau 2001 tahun Masehi Miladiyah), menandai awal terbesitnya niat untuk mulai membangun masjid mutiara tanah Jawa itu.
Beberapa bangunan di dalam area MAJT mempunyai spesifikasi khusus yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia. Misalnya payung hidrolik raksasa hanya ada di dua tempat, yaitu Masjid Nabawi dan Masjid Agung Jawa Tengah.
Menara Asmaul Husna, yang berdiri kokoh di sudut barat daya MAJT merupakan salah satu daya tarik kawasan itu. Dari bentuknya, bangunan setinggi 99 meter yang melambangkan nama Allah itu dikonsep sebagai replika Menara Kudus. Banyak pengunjung yang datang untuk sekadar melihat atau berfoto bersama di menara MAJT.
Pagoda Kwan Im
Pagoda Kwan Im , bangunan yang terdapat di kompleks Vihara Buddha Gaya Watugong ini mempunyai nilai artistik tinggi 39 meter. Dibangunan tahun 2005 dan terletak persis di depan Makodam IV/Diponegoro Semarang. Bangunan yang mempunyai tujuh tingkat ini terdapat patung Dewi Welas Asih dari tingkatan kedua hingga keenamnya. Namun sedikitnya 20 patung Kwan Im dipasang di Pagoda tersebut. Pemasangan Dewi Welas Asih ini disesuaikan dengan arah mata angin. Hal ini dimaksudkan, agar Dewi yang selalu menebarkan cinta kasih tersebut bisa menjaga Kota Semarang dari segala arah.
Bangunan pagoda yang tertinggi di Indonesia ini memiliki seni arsitektur yang sangat tinggi dan salah satu kebanggaan warga Kota Semarang pada khususnya, dan Jateng pada umumnya. Karena, saat ini pengunjung Vihara Buddha Gaya tidak hanya umat Budha saja, tapi juga umat agama lain dan sangat cocok untuk dijadikan salah satu tujuan wisata religius.
Makam Ki Ageng Pandanaran
Ki Ageng Pandanaran adalah Adipati Semarang yang pertama dan tanggal diangkatnya beliau sebagai adipati dijadikan hari jadi Kota Semarang. Dengan demikian beliau dianggap sebagai pelopor berdirinya kota Semarang . Ki Ageng Pandan Arang atau Pandanaran meninggal pada tahun 1496. Tempat ini banyak dikunjungi oleh peziarah terutama pada acara khol meninggalnya beliau. Makam Ki Ageng Pandanaran ini berada di Jl. Mugas Dalam II / 4 Semarang.
Museum Ronggowarsito
Museum yang terletak di Jl. Abdul Rahman Saleh ini merupakan museum terlengkap di Semarang yang memiliki koleksi benda-benda sejarah, alam, arkeologi, kebudayaan, era pembangunan dan wawasan nusantara. Nama Ronggowarsito diambil dari salah seorang pujangga Indonesia yang terkenal dengan hasil karyanya dalam bidang filsafat dan kebudayaan. Museum ini menempati areal seluas 1,8 ha dan dibuka setiap hari pukul 08.00-14.00 WIB kecuali hari Senin.
Museum Jamu Jago dan Muri
Museum yang memiliki koleksi foto-foto, slide dan peralatan tradisional pembuatan jamu pada masa lalu ini berlokasi di Jl. Setiabudi no.179 Srondol Semarang. Museum ini didirikan oleh perusahaan Jamu Jago sebagai pusat informasi dan promosi hasil jamu. Sementara itu museum MURI mengoleksi catatan rekor maupun prestasi luar biasa yang dimiliki orang-orang Indonesia. Tercatat ada lebih dari 150 data mengenai orang-orang dengan keistimewaan seperti : terberat, pinggang teramping, rambut terpanjang, dan lain-lain. Disini pengunjung tidak dipungut biaya dan dibuka pada hari Senin – Jumat dari 08.00-16.00 WIB. Pengunjung akan dihibur dengan kesenian karawitan baik yang dilakukan oleh karyawan-karyawati ataupun orang-orang cebol.
Taman Budaya Raden Saleh
Tempat yang semula merupakan Taman Hiburan Rakyat sebagai kebun binatang yang dimiliki kota Semarang, kini setelah kebun binatang dipindah ke daerah Tinjomoyo, menjadi Taman Budaya Raden Saleh. Dengan fasilitas berupa gedung berkapasitas 1000 orang, taman ini lebih dikenal sebagai tempat pertemuan dan resepsi pernikahan.
Istana Majapahit
Fasilitas hiburan bagi masyarakat yang barada di Jl. Majapahit 288-290 ini memiliki kolam renang, kolam pancing, kereta, mainan anak dan gedung kesenian. Di Gedung Kesenian inilah digelar wayang orang setiap malam dimulai dari pukul 20.00 WIB sampai selesai. Untuk Istana Majapahit sendiri bisa dikunjungi setiap hari dari jam 06.00-21.00
Puri Maerokoco
Sebuah obyek wisata yang berada di komplek Tawangmas PRPP ini dimaksudkan sebagai Taman Mini Jawa Tengah yang merangkum semua rumah adat yang disebut dengan anjungan dari 35 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Tengah. Di dalam rumah-rumah tersebut digelar hasil-hasil industri dan kerajinan yang diproduksi oleh masing-masing daerah. Selain menampilkan rumah-rumah adat, obyek wisata ini dilengkapi dengan fasilitas rekreasi air seperti sepeda air, perahu dan kereta.
Agro Wisata Sodong
Obyek wisata agro yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Semarang ini berada sekitar 20 km dari pusat kota. Kawasan dengan luas areal 350 ha ini juga mengembangkan pertanian, perkebunan dan perikanan selain juga direncanakan akan dibangun kolam renang dan permainan anak. Dengan suasana asri pedesaan, pengunjung akan dapat menikmati kebun bunga dan buah seperti rambutan ataupun sayuran, seperti mentimun dan jagung manis.
Pantai Marina
Pantai Marina adalah tempat rekreasi berupa kolam renang dan pemandangan pantai karena terletak di pinggir pantai Semarang. Selain menawarkan fasilitas kolam renang pengunjung juga bisa menikmati fasilitas taman bermain, gazebo, lapangan volley pantai dan rekreasi air.
Gedung Batu
Klenteng ini dibangun oleh seorang utusan dari Tiongkok yang bernama Sam Poo Tay Djien dalam lawatannya ke Semarang dari rangkaian kunjungannya ke negara-negara Asia. Klenteng yang memberikan inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda mengenai kota Semarang khususnya kawasan Simongan ini memiliki bentuk bangunan yang sangat indah. Dengan perpaduan antara ornamen Cina yang sangat kental dengan bentuk atap yang mirip joglo, bangunan ini merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Kebun Binatang Tinjomoyo
Taman Margasatwa dan Kebun raya, atau yang secara resmi disebut Taman Margaraya Tinjomoyo, oleh masyarakat Semarang lebih dikenal dengan sebutan "Bon-bin" Tinjomoyo", merupakan re-lokasi dari Kebun Binatang Tegal Wareng pada tahun 1985. Obyek Wisata ini berada di bagian selatan kota Semarang, menempati lahan seluas 57 hektar berupa hutan kota yang didalamnya terdapat berbagai jenis binatang serta tempat bermain anak-anak.
Simpang Lima
Salah satu tempat yang memberi ciri khas bagi kota Semarang adalah Simpang Lima. Tempat ini merupakan alun-alun yang berada di tengah-tengah persimpangan Jl. Pandanaran di sebelah Barat, Jl. A. Yani di sebelah Timur, Jl. Gajahmada disebelah Utara dan Jl. Pahlawan di sebelah Selatan. Sementara disebelah Timur Laut ada Jl.KH. Ahmad Dahlan. Berkembangnya fungsi Simpanglima menjadi alun-alun merupakan saran Presiden pertama Republik Indonesia yang menyarankan pengadaan alun-alun di Semarang sebagai ganti dari Kanjengan. Alun-alun yang dimiliki Semarang sejak masa pemerintahan Adipati Semarang yang pertama itu telah berubah fungsi menjadi pusat perbelanjaan. Berfungsi sebagai tempat upacara, Simpanglima juga menjadi tempat berlangsungnya pertunjukan, tempat rekreasi, bahkan sebagai pasar tiban pada waktu-waktu tertentu. Berbagai jenis makanan baik makanan berat maupun makanan ringan dijual dengan gaya lesehan mengambil tempat sekitar trotoar dan sekeliling alun-alun. Sementara itu souvenir, alat sekolah, alat rumah tangga, sandal sampai hiasan rambut, juga dijual di sini.
Tugu Muda
Sebuah tugu berbentuk lilin berdiri tegak di tengah persimpangan Jl. Pemuda, Jl. Sutomo, Jl. Pandanaran, Jl. Imam Bonjol dan Jl. Soegiyopranoto. Tugu ini dibangun sebagai monumen untuk mengenang heroisme pejuang Semarang melawan penjajah Jepang yang dikenal sebagai pertempuran selama lima hari di kota Semarang dari tanggal 14-19 Oktober 1945. Peletakan batu pertama dilakukan Gubernur Jawa Tengah Budiyono dan diresmikan oleh Presiden RI pertama Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Berbentuk lilin dengan makna semangat yang tak kunjung padam bagi para pejuang yang mempertahankan kemerdekaan. Pada kaki monumen terdapat relief yang menggambarkan kesengsaraan rakyat Indonesia di masa jaman penjajahan Jepang, seperti relief Hongeroedem, relief pertempuran, relief penyerangan, relief korban dan relief kemenangan.
Gereja Blenduk
Dibangun pada tahun 1750 dan dipugar pada tahun 1894 oleh HPA de Wilde Westmas, gereja ini merupakan peninggalan Belanda. Disebut gereja Blenduk karena bentuk kubahnya yang seperti irisan bola,maka orang mengatakan ‘mblenduk'. Menempati areal seluas 400 m², bangunan ini berbentuk segi delapan beraturan (hexagonal) dengan penampil berupa bilik-bilik empat persegi panjang dan sisi sebelahnya berbentuk salib Yunani. Betuk ineriornya seluruhnya bercirikan Belanda yang dihiasi sulur tumbuhan yang tertata. Sedangkan pada balkonnya mempunyai bentuk keindahan interior yang unik. Sebagai salah satu bangunan kuno di lingkungan Kota Lama, bangunan ini bisa dikunjungi setiap hari.
Museum Mandala Bakti
Sebagai museum perjuangan ABRI, museum ini menyimpan berbagai koleksi tentang data, sejarah dan dokumentasi, dan senjata-senjata baik tradisional maupun modern serta peralatan yang digunakan dalam perang saat mempertahankan kemerdekaan.
Museum Jamu Nyonya Meneer
Terletak di Jl. Kaligawe, museum ini didirikan pada tanggal 18 Januari 1984. Sebagai pusat informasi, promosi dan sebagai media untuk melestarikan warisan budaya tradisional, tentang jamu yang berkhasiat dimana semua bahannya didapat dari tanah air kita sendiri. Museum Nyonya Meneer menempati ruang seluas 150 m² yang menyimpan berbagai koleksi benda budaya tentang jamu serta koleksi pribadi Nyonya Meneer yang berupa foto-foto dan sejarah cara pembuatan jamu dengan menggunakan alat-alat tradisional (lumpang dan alu, pepesan, cuwo, panel dan bothekan/tempat menyimpan resep asli ramuan jamu). Museum dibuka setiap hari Senin-Jumat pada jam 10.00 – 15.00 WIB. Di sini pengunjung tidak dipungut biaya, selain itu pengunjung dapat menyaksikan pemutaran slide tentang tata cara proses pembuatan jamu serta dapat mencoba serbat hangat Jamu Nyonya Meneer.
Taman Tabanas Gombel
Taman yang berada di tanjakan Gombel ini terkenal dengan taman Tabanas di pelataran depan. Sebagai daerah perbukitan, daerah ini lebih sejuk dari Semarang bawah dan dari sini kita bisa menikmati pemandangan kota bawah. Di sekitar ini banyak berdiri hotel dan restoran.
Tanjung Emas
Semarang memiliki pelabuhan besar yang terkenal sejak jaman penjajahan Belanda yaitu Tanjung Mas, dan banyak kapal besar merapat. Sebagai tempat rekreasi pelabuhan yang terletak di jalan Yos Sudarso arteri Semarang ini memiliki fasilitas : perahu sewa, kolam pancing, danau buatan, arena grass track, jogging track.
Taman Lele / Kampoeng Wisata
Taman rekreasi yang berada di Kecamatan Tugu ini merupakan taman reptil dengan dilengkapi fasilitas arena permainan anak-anak, panggung hiburan dan rumah makan. Di sini secara teratur digelar pertunjukan di panggung hiburan berupa tari ular, atraksi-atraksi seperti gulat dengan melawan buaya atau mandi ketonggeng. Taman ini terbuka untuk umum setiap hari.
Gelanggang Pemuda Manunggal Jati
Gedung ini di bangun untuk menampung berbagai kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pemuda yang ada di kota Semarang sekaligus sebagai secretariat masing-masing organisasi. Tempat ini juga terdapat gelanggang olah raga, renang dan lapangan tennis.
Goa Kreo
Goa Kreo adalah sebuah goa kecil yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijogo saat mencari kayu jati guna membangun Masjid Agung Demak. Ketika itu menurut legenda Sunan Kalijogo bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut. Kata "Kreo" berasal dari kata "Mangreho" yang berarti peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu. Selain menikmati pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk serta bertemu dengan kera penunggu kawasan ini, pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini.
Ngaliyan Tirta Indah
Ngaliyan Tirta Indah adalah kolam renang yang berada di jalan Raya Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan. Dibangun tahun 1991, kolam renang ini memiliki areal seluas 2 ha. Selain fasilitas kolam renang tempat ini juga dilengkapi dengan kebun pembibitan berbagai jenis tanaman dan bunga, gedung olahraga dan kafetaria.
Kampoeng Laut
Obyek Wisata ini terletak di-pantai berdekatan dengan komplek PRPP dan Taman Miniatur Jawa Tengah Maerokoco. Ini merupakan tempat wisata kuliner berupa rumah makan terapung terbesar di Semarang. Rumah makan menawarkan berbagai menu seperti bandeng saus kampung laut, cah baby kailan, salad buah dan minuman jus jagung. Sambil makan, pengunjung dimanjakan pemandangan laut yang indah.
Ditempat ini juga terdapat Kolam Pemancingan , dengan arena pancing terlengkap diatas area 2 hektar.
Polder Tawang
Polder Tawang terletak persis didepan StasiunTawang, menurut fungsinya Polder Tawang merupakan suatu sistem untuk memproteksi air limpahan dari luar kawasan dam mengendalikan muka air di dalam Kota Lama. Komponen sistem polder ini terdiri dari : tanggul, pintu air, saluran, kolektor, pompa air dan kolam retensi.
Kota Lama Semarang
Bila anda turun dari stasiun Kereta Api Semarang Tawang, maka tepat didepan anda sudah disuguhi suasana kota lama Semarang. Nama Semarang sendiri konon diawali dari sejarah kasultanan Demak dengan tokoh bernama pangeran Made Pandan dan putranya Raden Pandan Arang yang meninggalkan Demak menuju suatu tempat bernama Pulau Tirang untuk menyebarkan agama Islam serta membuka area hutan. Daerah ini pun kian subur. Di sela-sela kesuburan tanah Pulau Tirang, muncul tanaman pohon asam arang (jawa: asem arang) yang kemudian memunculkan nama kota Semarang. Secara adat, kota Semarang berdiri sejak tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan penobatan Pandan Arang II sebagai bupati.
Menyusuri kota lama akan ditemui jalan-jalan ber-paving block dan banyak sekali bangunan tua dan didepan stasiun Tawang ada polder untuk mengurangi genangan air/banjir saat hujan.
Banyak bangunan bernilai sejarah bertebaran di Semarang, misalnya Gedung Lawangsewu yang merupakan bekas kantor Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. Kawasan Kota Lama, yang sering disebut The Little Netherland, memiliki banyak ragam bangunan kuno. Sejumlah bangunan masih berfungsi, seperti Gereja Blenduk, Het Groote Huis atau lebih dikenal sebagai Gedung Papak (kini Gedung Keuangan Negara-Red), Kantor Pos Besar Semarang, Hotel Du Pavillon (kini bernama Dibya Puri), hingga Stasiun KA Tawang.
Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi terletak di Kabupaten Semarang, tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27°C).
Komplek bangunan candi ini terdiri dari 9 buah candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran, memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang. Jarak dari kota Semarang ke candi Gedong Songo sekitar 45 Km
Mesjid Agung Demak
Mesjid Agung Demak adalah mesjid yang tertua di Indonesia, terletak di desa Kauman Demak. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam yang disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak.
Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi yang terbuat dari kayu jati. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru.
Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang boyongan yang disebut Saka Majapahit. Bangunan serambi ini merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.
Dugderan
Dugderan adalah perayaan tradisi masyarakat Semarang satu hari menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhan. Dahulu masyarakat yang beragama Islam di Semarang menentukan hari mulainya puasa seringkali berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini menjadi perhatian yang berwajib, sehingga Bupati Semarang yang pada waktu itu dijabat oleh RMTA Purbaningrat pada tahun 1891 memberanikan diri untuk menentukan mulainya hari puasa. Sebelum pelaksanaan acara ritual dugderan di Masjid Besar Kauman dilaksanakan arak-arakan karnaval dugderan dimulai dari Halaman Balaikota.
Sebagai tanda bahwa esok hari dimulainya puasa, maka bedhug di Masjid Besar Semarang dan meriam di halaman Kanjengan dibunyikan sebanyak 3 kali (Kantor Bupati, kini berubah menjadi pertokoan dan bioskop Kanjengan Teater).
Dengan menggemanya suara meriam inilah maka masyarakat Semarang dan sekitarnya mengetahui bahwa permulaan puasa Ramadhan akan berlaku besok pagi harinya, sehingga masyarakat tidak ragu-ragu lagi untuk melaksanakannya. Karena perpaduan bunyi-bunyian tersebut, suara bedug “dug-dug-dug” dan meriam “der-der-der” maka orang Semarang menamakan tradisi itu dengan sebutan “Dugderan”.
Setelah meriam dibunyikan, gamelan Kabupaten segera dipukul, kemudian disusul dengan gending-gending bebas sampai waktu malam.
Suasana ini juga diramaikan dengan penjual makanan, pedagang mainan dan para penghibur tiban, serta pengunjung dari berbagai penjuru kota tumplek bleg menikmati hiburan serba merakyat. Tidak ketinggalan penjual gangsingan dan warak ngendhog.
Mainan Warak Ngendhog adalah mainan khas yang muncul sekali dan hanya hadir di perayaan tradisi Dugderan, dengan bentuk tubuh menyerupai kambing dan kepala berbentuk ular naga. Menurut legenda hewan ini merupakan perpaduan antara binatang mitos Cina Naga dan Buroq dari Arab, dengan kata lain warak ngendhog sebagai simbol persatuan dari berbagai golongan etnis di Semarang, mengingat kota yang didirikan Ki Ageng Pandanaran ini banyak bermukim etnis Cina.
Perayaan tradisi Dugderan ini sampai sekarang masih dilestarikan dan para pedagang dugderan dipusatkan di Polder Tawang.
Warung Semawis
Warung Semawis merupakan pusat jajanan (makanan) di Jalan Gang Warung dan Gang Lombok daerah Pecinan Semarang. Berupa jalan lorong, lalu di kanan kirinya terdapat warung-warung tenda dan meja kursinya tersusun ditengah & pinggir jalan, sedangkan alur pejalan kaki ada di tengah-tengah jalan. Banyak sekali makanan yang tersedia disitu. Hanya saja, karena terletak di Pecinan jadinya sebagian besar berupa makanan jenis Cina (Chiness Food), bagi umat Islam harus sangat hati-hati dalam memilih jenis makanan yang halal. Makanannya ada macam-macam, ada nasi ayam, bubur, sate (ayam, sapi, babi), empek2, bakmi (ayam, babi), kwetiau, es puter, dll.
Di tengah-tengah jalan panjang itu ada panggung, buat karaokean dan live music dengan jenis lagu-lagu Mandarin.
Pantai Maron
Pantai Maron merupakan lokasi wisata pantai yang baru di kota Semarang. Lokasinya bisa lewat jalan masuk Bandara Ahmad Yani atau melalui Perumahan Graha Padma – Krapyak. Tepatnya di sekitar muara Sungai Silandak. Pantai ini milik Penerbangan TNI Angkatan Darat (Penerbad) dan merah maron merupakan warna khas baret Penerbad, maka pantai ini disebut pantai Maron.
Kalo biasanya pantai Laut Utara banyak batu karang, tetapi disini bentuknya landai dan berpasir. Pasirnya nyaris seperti di Bali, hanya saja warnanya tidak putih. Anda bisa berenang di pantai atau bisa juga naik perahu. Sesampai di tengah laut, kita bisa melihat view lengkap kota Semarang. Akan tampak kota bawah yang diwakili pantai Maron, Gombel sebagai kota atas dan kalo cuaca cukup cerah akan tampak Gunung Ungaran sebagai background-nya.
Pusat Jajan/ Oleh Oleh Semarang
Pusat jajanan dan oleh-oleh di Semarang terletak di sepanjang Jalan Pandanaran, antara Tugu Muda dan Simpang Lima. Disini anda akan dapat menikmati (atau membawa pulang untuk oleh-oleh) makanan khas Semarang antara lain : lunpia, wingko babat dengan berbagai macam rasa, moaci, berbagai jenis masakan bandeng (presto, isi, duri lunak dsb), ayam bakar tulang lunak , wajik dan berbagai macam kue tradisional lainnya.
Jika Bandung terkenal dengan pusat pakaian jadi karena masyarakatnya suka membelanjakan uangnya untuk membeli pakaian baru, maka masyarakat Semarang suka membelanjakan uangnya untuk makanan yang enak-enak. Banyak wisatawan domestik di Semarang (atau yang melewati kota Semarang) yang singgah untuk membeli oleh-oleh di pusat jajanan ini.
Cuma, yang menjadi kekurangan adalah tiadanya fasilitas parkir yang memadai. Terutama di masa liburan, mobil yang mayoritas dari luar kota, akan parkir di depan toko-toko yang ada di Jalan Pandaran.
Gereja Katedral Randusari
Bangunan ini terletak di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo Semarang. Bangunan ini terdiri atas Katedral, gedung pertemuan dan sekolah. Bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Semarang.
Bangunan Katedral merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal yang berorientasi pada arsitektur barat. Kompleks bangunan didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk, masing-masing berada di sisi Barat, Selatan dan Utara.
Konstruksi atap adalah limasan mejemuk, yang ditutup dengan genteng. Pada puncak limasan terdapat menara yang dilapisi dengan pelat logam. Terdapat penebalan pada dinding dan membentuk parapet. Teritisan cukup lebar.
Katedral ini semula dipergunakan sebagai Dienst voor Volks Gezeondheid atau Dinas Kesehatan di zaman penjajahan Belanda. Pada tahun 1926 dibeli oleh pengurus gereja, kemudian dirombak menjadi gereja Katholik. Gedung itu kemudian dijadikan tempat kedudukan uskup.
Desain bangunan dirancang oleh arsitek Belanda J.Th.Van Oyen dibantu konstruktor Kleiverde. Tahun 1937 diadakan pemugaran dan perluasan Katedral, seperti tertulis pada Surat Uskup Batavia tanggal 20 Desember 1937 kepada Pater P.C. yang menjabat sementara sebagai Kerk-en Armbestuur.
Pada tanggal 9 Agustus 1940 Jawa Tengah diresmikan sebagai vikarist apostolik di bawah pimpinan Mgr. A. Soegijopranoto,S.J. sebagai uskup agung pertama di Indonesia. Gereja yang memiliki nama resmi Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci kemudian berkembang menjadi Gereja Katedral.
0 komentar:
Posting Komentar